Oleh : Belva Moza Al Kautsar (Kelas : VII Khadijah Binti Khuwailid)
Halo, perkenalkan, namaku Belva Moza Al Kautsar. Aku menuliskan surat ini untuk mengenang jasa para pemuda pejuang kemerdekaan. Aku adalah siswa SMP Techno Insan Kamil Tuban, yang terinspirasi karena sedang kompetisi ini.
Aku ingin mengirim surat ini kepada satu para pahlawanku, karena ingin tahu nama mereka di lubuk hatiku yang terdalam. Pahlawan luar biasa itu bernama Soekarno.
Beliau adalah orang terpilih yang berhasil menuliskan salah satu pedoman, yaitu teks proklamasi.
Namun, yang membuatku kagum bukan itu. Tapi karena beliau bisa menutupi kekurangannya dengan berani dan percaya diri. Dengan kecerdasaan dan tekadnya, beliau mampu membuat pedoman hidupnya negara Indonesia.
Karena jasanya yang mulia, beliau dikenang sebagai “Penulis Naskah Proklamasi.”
Aku hampir menitikkan air mata, ketika mengingat beliau sedang menulis karyanya di secarik kertas putih. Beliau menuliskan ketenangan menjadi bagian dari dirinya. Menyusun kalimat apalagi menggunakan kata-kata yang mengalirkan kemampuan itu di dalam doanya. Bahwa ia menentukan ide-ide kreatif di luar nalar yang ia susun menjadi sesuatu yang indah dan penuh makna.
Hatiku meresonir, air mataku mulai berjatuhran, jantungku berdetak kuat karena ketika suatu saat entah bagaimana caranya aku ingin melihat beliau duduk di ruang megah, ketika menuliskan masa depan yang dirancang. Di tengah podium, tempat lapang, aku melihat Bung Karno, tegap dan penuh perjuangan, berdiri dengan senyum. Tanganku seolah-olah terketuk melihat istimewanya keteguhan akan lahir Indonesia kebanggaan para pejuang terdahulu masa ke masa. Dan itu tampak manusia tangguh beliau yang mengorbankan dirinya.
Dengan tangan yang keriput penuh memori, goresan tinta perjuangan tercipta dengan kesetiaan. Goresan seolah tinta hitam yang menyatukan Indonesia kembali pada jalan keberhasilan. Aku menarik napas, pada beberapa dekade sebelumnya, masa yang beliau tulis kemudian adalah kesempatan doa dan memohon Allah menghapuskan dosa mereka.
Aku akan berusaha untuk tidak melupakan perjuangan mereka. Aku akan berusaha untuk menjadikan generasiku sebagai generasi emas. Dengan selalu menanamkan semangat kami yang beraksi melestarikan flora dan fauna Indonesia. Aku sebagai generasi dengan sukacita menunjukkan rasa kagum dan hormatku, melalui kenangan.
Yang paling membuatku terharu adalah ketika karangan disetujui dan diangkat menjadi sejarah oleh presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno. Rasa haru dan senang pada masa lampau itu, masih menenangkan hatiku. Sampai sekarang. Dari tahun ke tahun, rasa haru dan tangisan mengalir pada saat aku bersemangat untuk selamanya. Barangkali sampai beliau letih menorehkan doa, namanya masih tersimpan di lubuk hatiku.
Aku merasa bangga dengan diriku sendiri yang telah meneruskan keteladanannya di dalam jiwaku. Itu bisa menjadi bekal untuk aku menangkap mimpi yang sesungguhnya berarti. Selayaknya mimpi dari Sayuti Melik.
Pada suatu hari nanti, aku ingin bisa menjadi penulis dan tokoh penting untuk Indonesia, karena itulah aku berlatih mulai dari sekarang. Motivasi itu juga takkan pernah berhenti, karena kisah Sayuti Melik juga akan dikenang sampai kapan pun.

