Oleh: Winartik, S.Pd
Dalam derasnya arus informasi dan gemerlap dunia maya, anak-anak kini tumbuh dikelilingi layar bercahaya. Mereka mengenal banyak sosok artis Korea, selebgram, hingga tiktoker yang menjadi panutan dalam gaya dan kata. Namun, di balik semua figur yang berseliweran di dunia digital, sering kali terlupa satu sosok nyata yang setiap hari hadir di rumah: Ayah.
Ayah mungkin tak pandai menulis kata mutiara, tak piawai menata unggahan penuh estetika, namun kehidupannya sendiri adalah sebuah kisah bijak yang layak dibaca dengan hati.
Ia mendidik bukan dengan teori, tetapi dengan keteladanan yang hidup.
Ia mengajarkan makna kerja keras tanpa banyak bicara, menanamkan tanggung jawab lewat tindakan nyata, dan memperlihatkan cinta dalam bentuk kesederhanaan.
Namun, menjadi ayah yang inspiratif di masa kini tentu tidak mudah. Peran ayah bukan hanya sebagai pencari nafkah, tetapi juga sebagai pendidik emosional, penuntun spiritual, dan panutan moral.
Untuk menjadi sosok yang menginspirasi, seorang ayah perlu:
- Hadir secara utuh.
Bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara hati. Kehadiran ayah di tengah keluarga memberi rasa aman dan menumbuhkan kepercayaan diri pada anak. Sekadar mendengarkan cerita anak sepulang sekolah, bermain bersama, atau menemani belajar sudah menjadi sumber inspirasi yang hangat. - Menjadi teladan dalam sikap dan tutur.
Anak belajar bukan dari apa yang ia dengar, tetapi dari apa yang ia lihat. Saat ayah bersikap jujur, sabar, dan menghormati ibu, anak belajar nilai-nilai kehidupan tanpa perlu banyak ceramah.
- Menanamkan nilai iman dan tanggung jawab.
Ayah adalah imam, bukan hanya dalam shalat, tetapi juga dalam perjalanan hidup keluarga. Dengan doa, bimbingan, dan keteguhan, ayah menuntun anak agar mengenal Tuhan, menghargai sesama, dan berani bertanggung jawab atas setiap perbuatannya. - Menunjukkan cinta dengan cara yang sederhana.
Cinta ayah mungkin tidak selembut ibu, namun ia bisa hadir lewat pelukan hangat, ucapan dukungan, atau sekadar perhatian kecil. Anak yang merasa dicintai ayahnya akan tumbuh kuat, berani, dan percaya diri.
Dalam setiap langkah kecil anak menuju kedewasaan, ada bimbingan ayah yang mungkin tak selalu terlihat, namun membekas di hati. Ketika anak belajar tentang disiplin, ketekunan, dan rasa hormat—di sanalah nilai-nilai ayah mengalir diam-diam, menumbuhkan karakter dan kemandirian.
Maka, di tengah dunia yang sibuk mencari figur panutan, mari para ayah kembali menyadari:
idola sejati anak bukanlah sosok di layar, melainkan yang hadir di rumah—di sisinya sendiri.
Hari ini, mari kita ucapkan dengan penuh hormat dan cinta:
SELAMAT HARI AYAH
Jadilah inspirasi bagi anak-anak bukan dengan kata-kata, tapi dengan ketulusan dan tindakan nyata.
Karena dalam Langkah Ayah, mereka belajar berjalan;
dalam doa Ayah, mereka belajar berharap;
dan dalam kasih Ayah, mereka menemukan arti cinta sejati.

